Sunday 20 February 2011

Pungli atau Tradisi ????

Hmm, membingungkan sistem birokrasi di negeri ini. Semuanya selalu berujung dengan uang. Entah kenapa semua itu terjadi, seakan-akan itu sudah menjadi suatu kebiasaan dan dianggap wajar.

Misalkan saja pengalaman saya waktu mengurus SKCK, mulai dari Rt Rw. Kalo dalam tingkatan Rt Rw sih masih saya maklumi pungutan sukarelanya karena memang dana yang tersedia di tingkat Rt Rw sangat kurang memadai. Seperti untuk melakukan acara 17 agustus, maulid, dll. Itu membutuhkan uang yang cukup banyak, namun karena keterbatasan dana maka pihak Rt Rw keliling minta sumbangan sukarela untuk menyelenggarakan acara tersebut bahkan tidak sedikit juga pengurus yang tekor. Acara yang melibatkan masyarakat langsung itu sangat efektif untuk mendidik, menginformasikan informasi yang mungkin blom diketahui masyarakat, dan juga dapat meningkatkan kerukunan warga. Menurut saya, sudah seharusnya pihak Rt Rw paling berwenang dalam mendapatkan dana segar untuk menyelenggarakan acara yang bertujuan mendidik warganya karena pihak Rt Rw lah yang paling dekat dengan warganya. Apakah pemerintah tidak memperhatikan itu ???

Kemudian di tingkatan kelurahan, saya merasa ada yang janggal. Kenapa ?? Karena kelurahan merupakan struktur birokrasi yang merupakan pegawai pemerintah / PNS yang digaji atau dibiayai pemerintah. Tapi ko' masih melakukan pungutan liar. Apakah gaji mereka tidak pantas / cukup ?? sehingga mereka mencari dana lain dari luar gaji mereka yaitu sumbangan masyarakat yang melakukan pengurusan surat atau yang lainnya. Jujur, secara pribadi saya tidak masalah karena alhamdulillah saya masih ada rezeki pada saat itu. Tapi yang jadi masalah jika ada orang yang tidak punya uang ingin ngurus surat, kan susah. Pikir saya mereka menggerutu "Makan aja susah apalagi buat ngurus surat".

Hal itu terjadi sangat terang-terangan sehingga membuat saya bingung, apakah emang ini peraturannya atau ini pungutan liar (sumbangan sukarela). Misalkan saja waktu saya ngurus pengantar SKCK, kata pegawainya biaya administrasi secara sukarela. Pertanyaannya kenapa harus diminta ?? klo kita ga kasih nanti dipersulit, ya sudah akhirnya saya beri 10 ribu. Tapi itu ikhlas ko', hehe. Saya mengerti klo tidak begitu ya ga dapet uang lagi karena mungkin gaji dari pemerintah itu pas-pas an untuk hidup. Tapi tetep aja ganjil karena itu menyangkut moral manusia nya sendiri. Dan saya berharap itu bukan menjadi tradisi / kebiasaan.

Yang lebih parah terjadi di kepolisian, baru masuk saja sudah ada 3-5 orang yang menawarkan jasanya supaya dipercepat proses pembuatan SIM baru. Seperti yang diketahui buat SIM baru itu ribet prosesnya klo tidak melalui orang dalem, namun akhir-akhir ini begitu terang-terangan dilakukan. Apakah Bpk Kapolres nya mendiamkan begitu saja. I don't know, hufftt. Saya berandai-andai kalo polisi itu tegas maka hanya segelintir orang yang bisa punya SIM dan hasilnya tidak seperti sekarang, jakarta kebanjiran kendaraan bermotor. Banyak motor dan mobil berseliweran di Jabodetabek namun belum tentu pengendaranya mengerti ilmu berkendara atau tertib di jalan. Wong SIM nya aja di bantu. :D

Trus dalam pembuatan SKCK, padahal di dinding tertera jelas biaya administrasi 10 ribu rupiah tapi mereka minta 20 ribu rupiah. Aduh Kekonyolan apalagi ini, pikir saya dalam hati. Saya rasa petinggi kepolisian disana merestui tindakan itu dan itu sudah menjadi tradisi atau kebiasaan, Hufft. Saya sebagai bagian masyarakat yang seharusnya di ayomi malah dipersulit jika tidak memberi sesuatu, suatu pilihan yang sulit menurut saya. Dan sungguh wajar kalo Polri itu dilabeli biang korupsi dan sarang mafia hukum oleh masayarakat. Wong dari yang kecilnya aja begini gimana yang gedenya. :D

Dan kesimpulan saya tidak sewajarnya institusi publik menyusahkan masyarakat kecil dan mendewakan masyarakat besar hanya karena uang / kekuasaan. Karena hidup ini sejatinya hanya ujian sementara dan akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Moral yang perlu diperbaiki, termasuk saya sendiri yang masih belajar, memahami, mengoreksi, memperbaiki sikap saya sendiri.

Marilah menjadi negara yang hidup damai, tentram, rukun bukan oportunis demi kekayaan, kekuasaan, kemakmuran pribadi atau golongan !!!!

No comments:

Post a Comment

** Terima Kasih **